Tridinamika Insight

Keringat di Balik Target: Suara Pekerja Produksi yang Sering Diabaikan

“Target Jalan Terus, Tapi Gimana dengan Napas Kami?”

Ada satu kalimat yang sering kami dengar setiap hari:

“Ayo dong, targetnya jangan sampai meleset ya!”

Tapi pernahkah manajemen mendengar:

“Ruangan ini sudah seperti oven.”
“Telinga saya berdengung tiap pulang kerja.”
“Udara di sini nyangkut di tenggorokan, kayak napas ditahan seharian.”

Panas, bising, dan pengap bukan lagi sekadar keluhan.
Itu sudah jadi bagian dari keseharian para pekerja produksi. Sebuah “neraka mini” yang harus kami hadapi demi memenuhi angka-angka di papan target. Dan yang menyedihkan: kondisi ini dianggap wajar. Seolah-olah, keringat dan derita kami adalah bagian tak terpisahkan dari proses produksi.

Realita Pahit di Balik Produksi Pabrik

Di balik setiap produk yang keluar dari pabrik, ada tubuh-tubuh yang berkeringat, bahu yang pegal, telinga yang berdengung, dan napas yang pendek karena udara pengap.
Berikut adalah potret nyata yang dialami banyak pekerja:

  • Suhu Ruangan Mencapai 35–40°C.
    Pendingin? Tidak ada. Bahkan ventilasi pun seadanya.

  • Kebisingan Melebihi 85 dB.
    Setara dengan suara kereta lewat. Tapi kami menghadapinya berjam-jam setiap hari tanpa pelindung telinga yang layak.

  • Udara Pengap Tanpa Sirkulasi yang Memadai.
    Jendela tidak ada, exhaust fan rusak. Oksigen rasanya seperti barang mewah.

  • Target Produksi yang Terus Naik.
    Mesin boleh tua, badan boleh lelah, tapi target terus digenjot.

Kami Bukan Robot. Kami Manusia.

Pernahkah ada yang benar-benar bertanya, bagaimana kami menjalani hari-hari itu?

Pekerja produksi bukan robot.
Kami juga butuh istirahat, udara bersih, ruang aman dari kebisingan ekstrem, dan lingkungan kerja yang manusiawi.

Mungkin kami tidak punya gelar tinggi. Tapi kami punya hak untuk bekerja dalam kondisi yang sehat dan aman. Kami bukan mesin yang hanya diberi tombol “ON” lalu disuruh kerja sampai jam pulang.

Kenapa Isu Ini Tidak Pernah Jadi Prioritas?

Karena suara kami terlalu sering dianggap remeh.
Karena produktivitas lebih penting dari kenyamanan.
Karena manajemen sering hanya fokus pada output, tanpa memikirkan input paling vital: kesehatan dan kesejahteraan pekerja.

Padahal satu hari di lingkungan kerja yang tidak sehat bisa berdampak jangka panjang pada fisik dan mental kami.

Bayangkan jika kami tidak tahan lalu resign. Berapa biaya rekrut dan pelatihan ulang?
Bayangkan jika satu pabrik harus stop karena banyak pekerja sakit.
Masih merasa penghematan dari tidak pasang ventilasi itu sepadan?

Saatnya Dengar Suara Lantai Produksi

Artikel ini bukan cuma curahan hati. Ini adalah seruan.
Seruan agar manajemen pabrik, HR, dan para decision maker berhenti menutup mata.

Berikut beberapa solusi sederhana yang bisa mulai diterapkan:

  • Ventilasi alami dan exhaust fan tambahan

  • Pendingin ruangan atau kipas industri

  • Ear plug standar keselamatan

  • Break time tambahan untuk ruang recovery

  • Monitoring suhu dan kebisingan secara rutin

Biaya kecil hari ini, bisa menyelamatkan produktivitas dan moral tim dalam jangka panjang.

Kalau Kamu Pernah Merasa Seperti Ini… Kamu Tidak Sendiri

Kalau kamu adalah salah satu dari kami — yang tiap hari kerja di ruang seperti oven, telinga berdengung, tapi tetap dituntut maksimal — kamu tidak sendiri.

Kami satu suara.
Kami sepakat: kita layak dapat ruang kerja yang lebih baik.
Bukan cuma demi target, tapi demi hidup yang lebih sehat.

Bagikan Artikel Ini Kalau Kamu Pernah Rasakan ‘Neraka Mini’ Itu

Jangan biarkan suara kita tenggelam.
Bagikan artikel ini ke grup WhatsApp kerjaanmu, ke story Instagram, atau ke LinkedIn.
Biar semua tahu, kalau kita bukan sekadar angka produksi. Kita adalah manusia yang layak diperjuangkan.

Karena di balik tiap produk, ada nyawa yang sedang bertahan.

Jika Anda seorang HR, pemilik pabrik, atau manajer produksi yang sedang membaca ini—
mulailah peduli hari ini.
Bukan karena tekanan sosial. Tapi karena tanpa pekerja produksi, tak akan ada pabrik yang bisa hidup.

See also  Kenapa Mesin Produksi Anda Seperti "Main Feeling"? Ini Penyebab & Solusinya